OPINI: Atasi Pengangguran Intelektual dengan Menjadi Sarjana yang Kreatif, Produktif, dan Inovatif
Atasi Pengangguran Intelektual dengan Menjadi Sarjana yang Kreatif, Produktif, dan Inovatif
Minggu, 28 Mei 2023, oleh Dwi Ariyanti
OPINI - Istilah yang acapkali
didengar sebagai tanda pungkasan saat mengenyam pendidikan adalah wisuda. Wisuda
sangat identik dengan berakhirnya suatu pendidikan seseorang. Tak tahu siapa
yang mengawali tradisi ini, namun kebanyakan orang menjadikannya sebagai
perayaan. Seolah-olah menjadi ajang bersenang-senang dari lamanya menuntut
ilmu. Namun, tentu saja wisuda bukan hanya sekadar sebuah seremoni, tetapi
lebih dari itu. Wisuda adalah gerbang awal seseorang menginjak babak baru, yang
di mana jika tidak disiapkan dengan sebaik-baiknya akan menyesal di kemudian
hari. Tak jarang mereka yang kurang memiliki kesiapan merasakan culture
shock dunia kerja.
Problematika Pengangguran Intelektual
Dunia nyata yang harus
dihadapi oleh mahasiswa pasca wisuda adalah di mana mereka mampu mendapatkan
pekerjaan yang linear dengan gelar keintelektualannya atau minimal mendapat
lapangan pekerjaan. Hal tersebut menjadi peristiwa yang tak asing di telinga
kita bahwa sosok akademis menjadi pengangguran. Problema ini disebabkan
minimnya lapangan pekerjaan dibandingkan angkatan kerja. Maka dari itu,
pentingnya pengubahan mindset pada lulusan sarjana terkait “menciptakan”
lapangan kerja bukan hanya mencari kerja karena semakin pesatnya perkembangan
dunia kerja. Karena dunia kerja tidak mampu menampung seluruh lulusan institusi
kampus yang setiap tahun meluluskan ribuan sarjananya.
Tak jarang kita sering
mendengar bahwa cerdas akademis belum tentu menjadi jaminan seseorang diterima
di lapangan pekerjaan dengan gampang. Kecerdasan akademis harus selalu
dibarengi oleh keterampilan dalam kehidupan bermasyarakat. Karena jika
sarjanawan tidak mampu bersaing secara global maka akan berpotensi besar
menjadi pengangguran intelektual. Pengangguran intelektual termasuk pada
pengangguran terbuka. Pengangguran jenis ini justru lebih berbahaya karena
menjadi faktor terbesar dari terjadinya sebuah kriminalitas. Bayangkan saja
bagaimana bisa seorang akademis menjadi kriminal? Hal tersebut pasti sangat
tidak relevan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni Pendidikan dan
Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan, serta Pengabdian Kepada Masyarakat.
Jadilah Sarjana yang Kreatif, Produktif, dan Inovatif
Hal yang dapat dilakukan
dalam mengatasi problematika tersebut adalah menjadi sarjana yang kreatif,
produktif, dan inovatif. Sikap dan sifat-sifat tersebut haruslah telah dipupuk
dan dikembangkan selama mengenyam pendidikan, sehingga saat sarjana menjadi
waktu untuk menuainya. Menjadi mahasiswa yang kreatif tentunya harus dibangun
melalui kepekaan sosial, yang di mana tumbuh dengan adanya pembiasaan dan
berakhir kebiasaan.
Langkah awal dalam menjadi
sarjana yang kreatif, produktif, dan inovatif dapat dimulai dengan
mengembangkan hal-hal sederhana. Hal kecil jika dipupuk akan menjadi buah yang
bermanfaat nantinya. Sama halnya dengan hal-hal sederhana yang terus
dikembangkan. Misalnya menyukai bunga mawar, maka Anda dapat mulai
membudidayakannya sendiri, tidak perlu langsung membentuk kebun besar hanya
satu sampai dengan lima pot saja sudah cukup. Jika hal sederhana tersebut Anda
tekuni maka akan membentuk sifat dan sikap kreatif, produktif, dan inovatif
Anda. Tentu bukan hal instan, tetapi jika terus dibiasakan maka akan terbiasa
dan menjadi suatu kebiasaan.
Langkah kemudian yang dapat
dilakukan adalah dengan menjalin komunikasi yang erat. Dengan komunikasi kita
dapat bersosialisasi dan mendapatkan relasi yang luas. Tak dapat dipungkiri,
relasi sangatlah berpengaruh karena mungkin saja pada suatu saat kita akan
membutuhkan keberadaan mereka dalam membentuk pribadi kita. Kita adalah makhluk
sosial dan salah satu faktor yang memengaruhi dalam pembentukan suatu watak
adalah lingkungan. Maka dari itu, komunikasi yang baik sangat diperlukan dalam
hal ini. Sama halnya dengan pekerjaan, kita akan lebih mudah mendapatakannya
jika kita memiliki relasi. Bukan lagi menjadi hal tabu, namun relasi memang
memiliki peran penting di dalamnya.
Dengan demikian seorang
sarjana harus mampu menempatkan dirinya. Karena sebuah kesuksesan itu
didapatkan utamanya pada keuletan bukan hanya kecerdasan saja. Pupuk dan
kembangkan potensi diri jauh sebelum “wisuda” dengan begitu akan siap
menghadapi tantangan di dunia nyata.
Komentar
Posting Komentar