OPINI: Atasi Pengangguran Intelektual dengan Menjadi Sarjana yang Kreatif, Produktif, dan Inovatif

 

Atasi Pengangguran Intelektual dengan Menjadi Sarjana yang Kreatif, Produktif, dan Inovatif


Dokumentasi Wisuda ke-103 UIN Sunan Ampel Surabaya

Sumber: uinsa.official via Instagram


 

Minggu, 28 Mei 2023, oleh Dwi Ariyanti

OPINI - Istilah yang acapkali didengar sebagai tanda pungkasan saat mengenyam pendidikan adalah wisuda. Wisuda sangat identik dengan berakhirnya suatu pendidikan seseorang. Tak tahu siapa yang mengawali tradisi ini, namun kebanyakan orang menjadikannya sebagai perayaan. Seolah-olah menjadi ajang bersenang-senang dari lamanya menuntut ilmu. Namun, tentu saja wisuda bukan hanya sekadar sebuah seremoni, tetapi lebih dari itu. Wisuda adalah gerbang awal seseorang menginjak babak baru, yang di mana jika tidak disiapkan dengan sebaik-baiknya akan menyesal di kemudian hari. Tak jarang mereka yang kurang memiliki kesiapan merasakan culture shock dunia kerja.  

 

Problematika Pengangguran Intelektual

Dunia nyata yang harus dihadapi oleh mahasiswa pasca wisuda adalah di mana mereka mampu mendapatkan pekerjaan yang linear dengan gelar keintelektualannya atau minimal mendapat lapangan pekerjaan. Hal tersebut menjadi peristiwa yang tak asing di telinga kita bahwa sosok akademis menjadi pengangguran. Problema ini disebabkan minimnya lapangan pekerjaan dibandingkan angkatan kerja. Maka dari itu, pentingnya pengubahan mindset pada lulusan sarjana terkait “menciptakan” lapangan kerja bukan hanya mencari kerja karena semakin pesatnya perkembangan dunia kerja. Karena dunia kerja tidak mampu menampung seluruh lulusan institusi kampus yang setiap tahun meluluskan ribuan sarjananya.

 

Tak jarang kita sering mendengar bahwa cerdas akademis belum tentu menjadi jaminan seseorang diterima di lapangan pekerjaan dengan gampang. Kecerdasan akademis harus selalu dibarengi oleh keterampilan dalam kehidupan bermasyarakat. Karena jika sarjanawan tidak mampu bersaing secara global maka akan berpotensi besar menjadi pengangguran intelektual. Pengangguran intelektual termasuk pada pengangguran terbuka. Pengangguran jenis ini justru lebih berbahaya karena menjadi faktor terbesar dari terjadinya sebuah kriminalitas. Bayangkan saja bagaimana bisa seorang akademis menjadi kriminal? Hal tersebut pasti sangat tidak relevan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan, serta Pengabdian Kepada Masyarakat.

 

Jadilah Sarjana yang Kreatif, Produktif, dan Inovatif

Hal yang dapat dilakukan dalam mengatasi problematika tersebut adalah menjadi sarjana yang kreatif, produktif, dan inovatif. Sikap dan sifat-sifat tersebut haruslah telah dipupuk dan dikembangkan selama mengenyam pendidikan, sehingga saat sarjana menjadi waktu untuk menuainya. Menjadi mahasiswa yang kreatif tentunya harus dibangun melalui kepekaan sosial, yang di mana tumbuh dengan adanya pembiasaan dan berakhir kebiasaan.

 

Langkah awal dalam menjadi sarjana yang kreatif, produktif, dan inovatif dapat dimulai dengan mengembangkan hal-hal sederhana. Hal kecil jika dipupuk akan menjadi buah yang bermanfaat nantinya. Sama halnya dengan hal-hal sederhana yang terus dikembangkan. Misalnya menyukai bunga mawar, maka Anda dapat mulai membudidayakannya sendiri, tidak perlu langsung membentuk kebun besar hanya satu sampai dengan lima pot saja sudah cukup. Jika hal sederhana tersebut Anda tekuni maka akan membentuk sifat dan sikap kreatif, produktif, dan inovatif Anda. Tentu bukan hal instan, tetapi jika terus dibiasakan maka akan terbiasa dan menjadi suatu kebiasaan.

 

Langkah kemudian yang dapat dilakukan adalah dengan menjalin komunikasi yang erat. Dengan komunikasi kita dapat bersosialisasi dan mendapatkan relasi yang luas. Tak dapat dipungkiri, relasi sangatlah berpengaruh karena mungkin saja pada suatu saat kita akan membutuhkan keberadaan mereka dalam membentuk pribadi kita. Kita adalah makhluk sosial dan salah satu faktor yang memengaruhi dalam pembentukan suatu watak adalah lingkungan. Maka dari itu, komunikasi yang baik sangat diperlukan dalam hal ini. Sama halnya dengan pekerjaan, kita akan lebih mudah mendapatakannya jika kita memiliki relasi. Bukan lagi menjadi hal tabu, namun relasi memang memiliki peran penting di dalamnya.

 

Dengan demikian seorang sarjana harus mampu menempatkan dirinya. Karena sebuah kesuksesan itu didapatkan utamanya pada keuletan bukan hanya kecerdasan saja. Pupuk dan kembangkan potensi diri jauh sebelum “wisuda” dengan begitu akan siap menghadapi tantangan di dunia nyata.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SAFARI RAMDAHAN HMP PGMI 2024

SOSIAL STUDY " HMP PGMI Komunitas Sigap : Membangun Negeri Tanggap Bencana "

Mahasiswa PGMI Tempuh LDKM: Wujudkan Sense of Belonging dan Agent of Change